Surat Untuk Garuda

Aku hidup dalam lembah pengkhianatan,
aku tumbuh dalam jurang ketidakpastian,
aku menderita dalam kegelapan
Dan,
aku mati pula dalam ruang tanpa cahaya

Ya...
Aku ingat dahulu
ketika aku hidup dalam lembah pengkhianatan
Pikiranku masih membayang
jutaan, bahkan ribuan pertanyaan
yang aku sendiri sulit menghafalnya

Ya...
Aku ingat dahulu
Di mana aku tumbuh dalam jurang ketidakpastian
ada sedikit manuver-manuver huruf di balik bebatuan
bertuliskan kapital huruf-huruf ketidakadilan
sementara di sekelilingnya
jutaan bahkan ratusan mayat-mayat awam
Mati dengan ketidakwajarannya...

Ya...
Aku ingat dahulu
ketika aku menderita dalam kegelapan
Mereka menganggapku belatung sampah
Tempat di mana lalat-lalat sampah berkumpul
di sebuah tempat berukuran lima kali tiga meter
Aku menangis...
boneka tidurku sudah tidak lagi menemani malamku
mereka terbang menjauh
masuk ke dalam lorong-lorong got bawah tanah

Kutorehkan sedikit tinta kehidupan
Pada lembar lelayuan daun-daun angsana
Lalu, kutempelkan hasil torehannya
pada kaki burung garuda yang bertengger di Istana Kepresidenan
Biar bapak Presiden tahu akan pahitnya kehidupan
Yang menjual nyawa dengan tumpukan sampah-sampah politik

Sampai di mana kau terbang wahai garuda?
Tidak lelahkah kau menatap negri ini?
Apa yang kau teriakkan dari paruhmu itu?
Dan, apa juga yang kau lihat di sebelah kananmu itu?

Di sebuah tempat berukuran tidak lebih dari lima meter
Kubacakan sebuah alinea dari Undang-undang rakyat jelata
bahwa kami pernah mati dalam ruang tanpa cahaya...

comment 0 comments:

Posting Komentar

.:( Komentar dari Pembaca Saya Tunggu ):.

 
© 2010 Catatan Mahameru Nugraha is proudly powered by Go! Blog
Inspirasi hidup yang membawaku bisa seperti ini. Life will find a way.