Budaya Menurut Konteks Sosial

Budaya adalah sebuah ciri semiologi dari bangsa yang maju dan berkembang. Pembahasan di dalamnya hanyalah disiplin asli dari budaya yang selama ini kian terpuruk dan menjauh dari disiplin aslinya. Sebuah pembahasan yang penuh dengan kelut dan ketidakseimbangan. Bagaimana tidak, kebudayaan barat yang kian berpesta seakan menghapus lebur setiap titik dari ratusan kebudayaan Indonesia. Tiga dari sepuluh orang menyetujui akan berkembangnya kebudayaan Indonesia, lima dari sepuluh tidak setuju dan menganggap kebudayaan Indonesia hanyalah sejarah dan peninggalan dari nenek moyangnya, dan dua dari sepuluh berada dalam titik yang labil. Begitu saya mencirikan kebudayaan Indonesia dengan penganutnya yang kian menipis.

Eropa maju bukan karena membuntuti kebudayaan lain, mereka maju karena dibuntuti. Tidak ada buntut yang berada di depan kepala, semuanya berada di belakang. Itulah yang menyebabkan bangsa kita semakin lama semakin terbelakang. Beberapa tahun lalu, sempat terketuk ketika budaya Indonesia perlahan dicuri dan diakui oleh negara lain. “Tidak akan ada asap, kalau tidak ada api.” Peribahasa ini yang layak disandarkan pada masyarakat Indonesia sekarang. Saya anggap Malaysia sebagai negara yang miskin akan ragam dan budaya, tapi di sisi lain saya menganggap Malaysia sebagai negara yang pandai menegur. Coba kita perhatikan peribahasa yang tersirat di atas dan menggantinya dengan kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara baru. Malaysia tidak akan mengambil budaya Indonesia, apabila Indonesia memang menyeragamkan kebudayaannya sendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Penjelasan di sini sudah jelas adanya. Kita lah yang salah. Salah menggunakan rumus asli dalam berbudaya. Padahal apabila dilihat dari aspek lazimnya, Indonesia adalah negara yang paling banyak memiliki ragam dan budaya. Saya menganggap Eropa kalah telak kalau berbicara tentang sudut pandang yang beragam. Tapi, itu hanyalah imaji saya. Entah bagaimana keseharian kita dalam menanggapi Eropa dan negara-negara berkembang lainnya.

Lalu apa kaitannya budaya dengan sosiologi? Di sini saya akan menjelaskan tentang apa dan bagaimana keduanya bisa saling berhubungan. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum. Tujuan utama dari ilmu ini hanyalah satu, meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Perihal inilah yang membuat budaya dengan sosiologi bisa saling berhubungan. Karena dengan adanya masyarakat yang mampu meningkatkan daya atau kemampuan manusianya, maka budaya pun akan terjaga. Berbeda dengan manusia yang tidak mampu meningkatkan daya atau kemampuannya, dan lebih condong kepada aspek mencontek. Maka, tujuan utama dari ilmu ini pun tidak akan pernah ada hasilnya. 

Letak kemanusiaan yang aktif berada ketika kehidupannya mampu seimbang dengan keadaan. Contoh, jika seseorang ingin berhubungan dengan masyarakat lain sudah selayaknya ia mempelajari dahulu sifat dan karakter masyarakat tersebut. Karena dengan mempelajari itulah hubungan dengan masyarakat lain bisa harmonis. Lalu, bagaimana apabila kita hanya mempelajari sifat dan karakternya saja, tanpa mempelajari kebudayaan yang mereka miliki. Maka, jelas kehidupan bermasyakarat pun tidak akan harmonis. Begitulah hubungan kecil yang dimiliki antara budaya dan sosial. Negara akan maju apabila dalam mengenal negara lain, bisa mempertimbangkan kelazimannya dan mempertahankan kebudayaan yang ada, tanpa menguranginya sedikit pun.

Lalu, masalah lainnya mulai muncul. Bagaimana keduanya bisa ada dalam setiap individual masyarakat Indonesia. Jawaban yang layak hanya satu, mempertahankan kebudayaan yang ada, dan mulai mempelajari kebudayaan asing dengan matang. Mempertahankan di sini bukan berarti meniadakan gaya modern yang khas dikenakan oleh masyarakat sekarang. Tapi, mempertahankan di sini hanyalah menjaga dan melestarikan. Bukan berarti dalam kesehariannya masyarakat harus memakai batik, pakaian tradisional, berbahasa Indonesia dengan baku, dan perkara lainnya. Hanya sekedar menjaga dan mengingat, bahwa kita masih punya budaya. Perkara kita ingin memakai pakaian dengan ragam barat, itu semua dikembalikan kepada individual dari kita. Saya bukan termasuk dalam komunitas yang melarang akan adanya budaya asing yang masuk ke dalam Indonesia, tetapi di sanalah kita bisa melihat, bagaimana dan apa yang akan terjadi kalau selamanya kita membuntuti Eropa dan negara-negara berkembang lainnya. Karena itulah yang menjadi dasar akan sosial masyarakat yang semakin mengenal arti dari ilmu sosiologi.

Tidak ada yang indah dengan negara yang hampa akan kebudayaan, karena tanpa ada budaya ilmu sosial pun perlahan lebur, walau hanya berpacu kepada aspek sifat dan karakteristik. “Indonesia itu kaya akan budaya, agama yang beragam, dan masyarakat yang selalu memegang teguh perdamaian dan ketentraman.” Ungkap presiden Susilo Bambang Yudiyono dalam iklan yang berjudul ‘Remarkable of Indonesia’. Semoga apa yang dikatakan pak Susilo mampu terwujud, tanpa rekayasa publik atau lain sebagainya.

comment 2 comments:

readhermind-dy on 16 Juli 2010 pukul 06.09 mengatakan...

budaya indonesia banyak.. kaya ya kita

Mahameru Nugraha mengatakan...

yap, budaya Indonesia memang banyak. tapi kebanyakan dari kita nggak ada yang ngerti. hehehehe

Posting Komentar

.:( Komentar dari Pembaca Saya Tunggu ):.

 
© 2010 Catatan Mahameru Nugraha is proudly powered by Go! Blog
Inspirasi hidup yang membawaku bisa seperti ini. Life will find a way.