Torehan Pena Mahameru (Edisi 2)

Beberapa hari yang lalu, aku duduk di sebuah cafe. Menikmati malam adalah kesukaanku, apalagi kalau sedang mengalami kejanggalan. Malam itu satu gelas jus mangga disajikan, pikirku lumayan menemani, daripada terlalu monoton dengan kesendirian. Malam Kairo masih menyaksikan tingkah lakuku kala itu.

Aku melamun, mencoba menilik sebuah ayat al-Qur'an yang di dalamnya berbunyi, "...ar-rijaalu qawwamuna 'ala an-nisa..." Lalu bertanya pada diri sendiri, apa benar selama ini laki-laki lebih kuat daripada seorang wanita? Bagiku, laki-laki hanya kuat dalam hal raga, bukan jiwa. Saat ini yang kuunggulkan adalah wanita, dalam hal kejiwaan. Setelah lama berdiskusi dengan hati, mulai terlintas sebuah adegan unik. Layaknya seorang sutradara, aku mempunyai hak yang lebih besar dalam adegan itu. 

Khayalanku memecah keheningan malam. Adegan dengan waktu yang begitu singkat rasanya hampir membludak. Aktor dan aktris nya sudah begitu lihai memainkan peran. Aku tepuk tangan. Terserah orang di sekelilingku, ingin menganggap aku gila atau apalah, pikirku. 
"Aku ingin bebas malam ini, bebas berdinamika, bebas memainkan peran, bebas memecat aktor dan aktris, bebas segalanya." Aku begumam kecil.

Beberapa menit sebelum adegan berakhir, sebatang rokok kuhisap. Kukepulkan asapnya ke atas, agar udara malam bercampur dengan Nikotine, Tar, dan Asap Tembakau. Ketiga unsur rokok yang terkenal adalah semua aktor dan aktris yang baru saja berperan dengan sangat baik. 

"Kenapa kau buang aku dari lintingan kecil itu?" Tanya Nikotine.

"Kenapa kau buang aku juga, apa salahku dengan Nikotine?" Tar menyambut.

"Kalian berdua itu tidak usah banyak protes, kalian ada juga karena aku. Harusnya aku yang protes. Bukan kalian." Tembakau menengahi.

Mereka masih mendebatkanku dengan bahasa mereka masing-masing. Aku tertawa kecil.

"Kenapa kamu membakar aku? Membuang Nikotine dan Tar, agar menyatu bersama musuh kami, Oksigen?" Tembakau mulai beranjak dari singgasana papirnya.

Sambil mengorek uang di kantong, pergi ke kasir, dan beranjak pulang aku menjawab, "Itu sudah takdir kalian." Dan aku beranjak pulang.

Kairo, 28 Mei 2010

comment 1 comments:

upaiiii mengatakan...

masa crta ttg roko duankkkk ga ngertii prass hee ^_^ jlasin mknanya....

Posting Komentar

.:( Komentar dari Pembaca Saya Tunggu ):.

 
© 2010 Catatan Mahameru Nugraha is proudly powered by Go! Blog
Inspirasi hidup yang membawaku bisa seperti ini. Life will find a way.