Ada Apa Dengan Islam Zaman Sekarang

Apa tanggapan kita, ketika tahu sebuah organisasi masyarakat yang mengaku memegang teguh sikap religi, namun busuknya tak jauh beda dengan orang yang tidak mengerti agama? Apa kita hanya tinggal diam? Maaf, kalau pertanyaan saya terlalu mem-provokasi. Jujur, saya tidak setuju dengan argumen yang menyatakan tentang, “Jadikan Indonesia Sebuah Negri Khilafah”. Saya mengakui letak kesalahan saya, kalau memang pembaca menganggap tulisan saya sebagai tulisan bodoh. Perlu diketahui juga, kalau saya adalah seorang Muslim. Namun, pada hakikatnya saya tidak setuju dengan pernyataan di atas.

Indonesia berdiri di atas semua golongan. Beberapa golongan yang harus pembaca ketahui, adalah; agama, kedudukan, dan harta. Mungkin masih banyak lagi yang harus disebutkan, cuma yang ingin saya garismerah-kan hanya tiga itu saja. Dari tiga hal tersebut, kita bisa ambil yang paling sakral, yaitu agama.

Agama adalah sebuah kepercayaan. Orang yang memiliki agama, pasti memiliki kepercayaan. Di Indonesia sendiri, sudah jelas tertera bahwa agama terbagi menjadi lima kelompok; Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha. Itu yang paling besar penganutnya. Nah, dari sini sudah jelas adanya. Mayoritas bukanlah acuan berdirinya sebuah negara yang makmur, damai, dan tenteram. Tidak unik kelihatannya kalau di satu negara semua penduduknya beragama Islam. Toh, yang beragama Islam saja kelakuannya sudah banyak yang melanggar Qur’an dan Sunnah. Maaf, bagi penganut agama non-Islam, saya jelaskan di sini agar tidak salah paham. Qur’an adalah kitab suci agama Islam dan Sunnah adalah apa-apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad S.A.W dari ucapan, tindakan, dan pemikiran. Oke, kita lanjutkan lagi pembahasan kita. Mengenai hal kesejahteraan bangsa lewat satu agama. Tidak perlu saya sebutkan organisasi tersebut, mungkin pembaca sudah bisa memahami. Layakkah seorang muslim melakukan tindak kekerasan kepada masyarakat lain (Muslim dan Non-Muslim)? Beberapa di bawah ini yang patut kita renungkan kejadiannya:

Pertama, menyiksa para pedagang minuman keras. Di artikel ini, saya bukan membela para pedagang minuman keras, hanya yang saya pikirkan adalah mereka bukanlah orang yang paham betul tentang agama. Sebut saja mereka adalah orang awam, toh kalaupun mereka memang paham betul tentang agama, saya rasa tidak ada gunanya membuat toko dengan barang dagangannya minuman keras. Lalu, tanpa disadari segerombolan orang dengan baju putih ber-piawaian Muslim, sambil meneriakan kata “Allahu Akbar” datang dan menghancurkan dagangan mereka. Titik permasalahannya adalah, mereka datang tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Yang saya pelajari dari sebuah buku “Ushul ad-Dakwah”, bagi siapa saja yang ingin berdakwah atas nama Islam kepada orang yang belum paham betul dengan agama Islam, adalah dengan tiga metode: 1. Bicarakan lewat hati (coba ajak dia agar mempelajari bagaimana jalan yang lurus, dan cara berdagang yang lebih halal) 2. Andaikan lewat penyampaian hati masih diabaikan, coba dengan kata-kata yang agak dinaikan sedikit (dalam artian tegas), 3. Andai keduanya sudah dilakukan dan ternyata masih diabaikan, pukullah dia dengan tangan Anda, di bagian belakang, dan jangan pernah sesekali menyentuh wajahnya. Bukankah ketiga hal itu lebih indah? Tapi sayangnya, yang mereka lakukan adalah langsung melangkah kepada butir ketiga. Dan yang lebih disayangkan lagi, mereka memukul dengan nafsu, bukan semata-mata ingin berdakwah, lalu menghancurkan barang dagangannya, padahal hanya dengan itu mereka bisa hidup. Pertanyaannya adalah, apakah setelah dipukul, dihakimi, korban diberikan uang untuk bisa bebenah dengan berjualan dagangan yang lebih baik? Saya berani jawab, “TIDAK”. Apakah ini seorang yang mengaku paham dengan ilmu berdakwah yang baik dan benar?

Kedua, pada kasus terbaru yang begitu heboh di kalangan masyarakat Indonesia. Yaitu tersebarnya video panas Ariel, Luna, dan Cut Tari. Organisasi ini begitu semangat melantangkan kalimat “kutukan” tanpa menyadari, bahwa yang sedang dikutuknya adalah, “saudara se-Muslim”. Lalu melakukan sweeping di kediaman Luna Maya dengan alasan, “Luna telah melecehkan organisasi ini”. Bukankah hal tersebut tidak jauh beda dengan “dendam”? Padahal di dalam Islam sendiri, dendam adalah salah satu dari larangan yang teramat sangat. Lalu, kalau sudah begini, apakah masih layak organisasi tersebut dikatakan PEMBELA ISLAM? Beberapa orang muallaf (orang yang masuk agama Islam) berpendapat bahwa, Islam adalah agama yang damai, tentram, adil, dan mendalami rumus al-Qur’an beserta Sunnah Nabawiyah. Tapi, realitanya ternyata salah tanggap. Islam tidak pernah mengajarkan tentang kekerasan, kesombongan, kemunafikan, dan lain sebagainya. Sama seperti yang diajarkan oleh agama lain. Sayangnya, yang menganut mungkin salah dalil atau bahkan hanya memahami sesuatu dengan pikiran yang sepintas. Andai omongan saya bisa didengar oleh Bapak Presiden, saya akan tulis di sini, “Bubarkan organisasi-organisasi yang mengarah kepada kekerasan. Bukan di Indonesia tempat kekerasan itu ada, Indonesia harus jadi negara yang damai.”

Dua hal yang perlu diketahui, sedikit sedih hati saya ketika suara “JIHAD” dilantangkan kepada orang yang awam. Apapun itu tujuannya, jihad yang baik harusnya mengikuti metode yang baik pula. Nabi Muhammad saja tidak pernah berlaku keras kepada orang yang awam dalam beragama, ini yang hanya manusia biasa dengan seenaknya berlaku keras.

Sebuah kutipan dari seorang teman, kala sedang berbicara di sebuah kamar sambil menunggu Adzan Subuh, sedikit membuat saya harus bertepuk tangan. Dia mengatakan, “Lebih baik saya berteman dengan orang Nasrani tapi damai, saling berbagi, tidak membedakan ras ataupun suku. Daripada dengan orang Islam yang hanya mengenal agama dari sisi kesewenang-wenangannya saja.”

Untuk organisasi ini, pesan saya untuk kalian. “Buktikan kalau memang saudara-saudara sekalian adalah Pembela Islam. Amalkan perintah “JIHAD” di jalan yang benar. Pembela bukan berarti harus garang dan tampil keras. Pembela sejati adalah, kala melihat saudaranya menangis dia bantu dengan motivasi, kala melihat saudaranya miskin dia bantu dengan sedikit rezeki, kala saudaranya bersalah dia berikan masukan agar bisa menjadi lebih baik, dan kala saudaranya sudah bahagia dia akan berdo’a semoga kebahagiaannya adalah ibadah.”

Terakhir, saya ingin meminta maaf sebelumnya apabila tulisan saya di sini terlalu keras menyindir saudara-saudara yang saat ini berada di organisasi tersebut. Kepada sesama Muslim, maaf kalau kalam saya terlalu nampak liberalitas. Dan kepada penganut agama lain, jadikan ini sebagai masukan dari Muslim kepada sesama saudara se-penganut. Terima kasih.
“Keras bukan berarti garang, yang tidak beda halnya dengan air yang tak menentu bosan dengan alam, dia akan berubah menjadi banjir besar kala ia diremehkan, dan akan berubah menjadi embun yang sejuk, kala air itu digunakan dengan sebaik-baiknya.”
-Mahameru Nugraha-

comment 3 comments:

kristiyana shinta on 29 Juni 2010 pukul 10.23 mengatakan...

ya,,,
mungkin memang tidak seharusnya kondisi yang ada menjadi seperti ini,,, :)

nuy on 30 Juni 2010 pukul 08.53 mengatakan...

Ck, miris memang islam zaman sekarang.. :(

Mahameru Nugraha mengatakan...

@ Kristiyana: Itu dia masalah utamanya. :D

@ Nuy : Lebih dari kata Miris. Entahlah apa itu. :)

Posting Komentar

.:( Komentar dari Pembaca Saya Tunggu ):.

 
© 2010 Catatan Mahameru Nugraha is proudly powered by Go! Blog
Inspirasi hidup yang membawaku bisa seperti ini. Life will find a way.